Curhat Warga Desa Digital Di Sukabumi, Berburu Sandi Untuk Wi-Fi Gratis

Sukabumi -Samsul (28) terlihat kebingungan. Jari-jarinya berulang kali menyentuh logo konektivitas layanan nirkabel atau Wi-Fi pada layar ponselnya. Ia enggan beranjak dari posisinya di atas motor sempurna di depan kantor desa. Sebab, bergeser sedikit saja, jaringan Wi-Fi tidak terdeteksi.
Baca Juga
"Tadi saya dengar warga di sini harus lari ke daerah yang lebih tinggi hanya untuk memperoleh layanan internet. Sekarang tidak usah, di kantor desa tersedia layanan internet Wi-Fi gratis, silakan digunakan. Kita siapkan layanannya," kata Rudiantara ketika itu sehabis meresmikan layanan desa digital.
"Saya niatnya mau nanyain soal pekerjaan, tapi nggak masuk. Kalau warga pakai internet beragam, ada yang buat YouTube, Facebook, dan telepon gratis melalui WhatsApp," tutur Samsul.
Samsul menyebut pernah diberi bocoran soal sandi untuk masuk ke jaringan Wi-Fi DTP 1. Saat itu seorang pegawai di desa menawarkan kata sandi. Namun jalan masuk itu sudah tidak dapat lagi ia gunakan alasannya mungkin sandi sudah diubah.
"Kemarin sudah masuk (koneksi) kini nggak masuk lagi, berarti (sandi) di ganti. DTP 1 pernah masuk alasannya diberi sandinya. Katanya Wi-Fi bebas untuk masyarakat, tapi password diganti-ganti," keluhnya.
![]() |
Samsul menyadari konektivitas berbasis satelit yang diterapkan di desanya terbatas alasannya beban yang tinggi. Banyaknya pengguna dan terbatasnya kecepatan menciptakan pihak desa terpaksa membatasi penggunaannya.
"Wi-Fi memang berguna, jikalau dapat masuk jaringan internet, komunikasi dengan yang jauh dapat lewat WhatsApp. Seperti kini mau nelepon urusan kerja, sinyal nggak ada dan nggak masuk Wi-Fi-nya. Kecepatan nggak benar-benar tinggi, jikalau banyak yang pakai, (jaringan) lemot," ujarnya.
Senada dengan Samsul, Ratih, warga lainnya, mengeluhkan lemot-nya jaringan dan kata sandi yang diubah. Selain itu, menurutnya, jaringan Wi-Fi hanya aktif ketika jam masuk kantor desa. Selepas itu, jaringan menghilang.
"Hese lila (susah dan lama) mau mengaktifkan teh, jikalau masuk lemot. Dipakai 10 orang juga lemot. Sekarang sudah tidak dibebaskan, ganti-ganti kata sandinya. Desa kerja, gres internet aktif. Kalau hari libur, (internet) nggak aktif. Hanya yang punya sandi yang dapat Wi-Fi. Kalau mau Wi-Fi juga HP dibawa dulu sama orang desa, kita nggak dikasih tahu sandinya," tuturnya.
Konektivitas internet di Desa Sirnarasa memakai satelit, sebuah parabola berukuran kecil kokoh bangun di depan halaman kantor desa. Di piringan parabola masih terlihat terang goresan pena BAKTI dan DTP, yang merupakan akronim dari PT Dwi Tunggal Putra, selaku penyedia layanan.
Sumber detik.com