Dicari Partner Bisnis di Sukabumi Info 0852 8533 5977

Penerimaan Pajak 2019 Melambat, Ini Daftar Sektor Perjuangan Yang Loyo

Foto: Luthfy Syahban/InfografisFoto: Luthfy Syahban/Infografis

Bali -

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak semester I-2019 sebesar Rp 603,34 triliun atau tumbuh 3,74% dibanding periode yang sama di tahun 2018. Laju pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibanding 2018 yang berhasil naik 13,9%.

"Kalau dari sisi ekonomi, kayaknya tidak sebagus tahun lalu. Tapi at least data ini mengatakan bahwa orang Indonesia masih bekerja. Buruh masih di-hire, karyawan masih bekerja, jam kerja lebih tinggi, ini dapat kita duga ada penambahan pegawai atau at the same time honor naik," kata Dirjen Pajak Robert Pakpahan dalam paparan di Hotel Dynasty, Bali, Jumat (2/8/2019).

Sejumlah sektor perjuangan mencatatkan kenaikan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan 2018. Di antaranya sektor perdagangan, industri pengolahan, konstruksi dan real estate, serta pertambangan.



Dilihat dari jenis pajak utamanya, PPh 21, PPh 22 impor, PPh orang pribadi, PPh badan, PPh final, PPN dalam negeri (DN), PPN impor tercatat tumbuh lebih lambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. PPh 26, PPN DN, PPN impor bahkan tercatat tumbuh minus sepanjang semester I-2019.

Penurunan profitabilitas perusahaan mendorong penurunan basis PPh pasal 21, meski tak secara masif hingga menjadikan penurunan utilisasi tenaga kerja formal.

Sementara tekanan restitusi yang tumbuh hingga 17,2% menjadi salah satu penyebab utama perlambatan pertumbuhan PPH Badan. Selain itu, kontraksi laba perusahaan pertambangan yang tumbuh negatif 11,9% juga menjadi salah satu penyebab utamanya.

"Pertambangan termasuk yang menciptakan kami agak terpukul," kata Robert.

Dari sektor usahanya, penerimaan pajak dari sektor pertambangan dan industri pengolahan terkoreksi paling dalam. Sektor pertambangan tumbuh minus 14%, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun kemudian yang tumbuh 80,3%. Sedangkan industri pengolahan terkoreksi 2,6%.

Faktor utama yang menjadikan kontraksi yaitu turunnya harga komoditas tambang di pasar global. Selain itu, restitusi atau pengembalian pajak akhir putusan pengadilan yang memenangkan wajib pajak juga tumbuh tinggi (11%) di sektor ini.

Kemudian sektor manufaktur tumbuh negatif 2,6% atau melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan negatif sektor manufaktur juga lebih banyak disebabkan oleh restitusi dan moderasi acara impor. Hal ini terjadi pada beberapa sub industri utama menyerupai industri logam, pertambangan, kimia, serta masakan dan minuman.

"Makanan dan minuma harusnya nggak melambat ya, kan orang makan terus. Karena masakan dan minuman ini sektor unggulan kita bahwasanya lantaran sudah ekspor banyak," kata Robert.



Sementara sektor jasa keuangan dan sektor transportasi dan pergudangan, kata Robert berhasil tumbuh positif. Pertumbuhan faktual jasa keuangan lebih banyak disebabkan oleh pertumbuhan
profitabilitas perusahaan dan peningkatan pembayaran PPh 21. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan pembayaran PPh tamat atas bunga deposito atau tabungan yang tumbuh 20%.

"Sedangkan dari sektor transportasi pergudangan, itu operator jalan tol naik pajaknya. Berarti ada pergerakan barang dan manusia. Artinya ada peningkatan kegiatan arus ekonomi yang berjalan," katanya.



Simak Video "Tol Layang Jakarta-Cikampek Bisa Dipakai Mulai 20 Desember 2019"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel